Selalu, dalam sebuah peristiwa besar,
hanya sedikit orang yang
menggerakkannya.
Merekalah pelaku sejarah.
Merekalah yang sadar akan
skenario cerita.
Merekalah yang mampu melihat akhir sebuah proses.
Maka
merekalah yang memutar biduk kehidupan.
Dan KITA adalah MEREKA!
Kita
berbeda bukan karena kita lebih mulia.
Kita berbeda bukan karena kita
lebih utama.
Kita berbeda karena perbedaan tersebut adalah pilihan,
dan
kita telah memilih!
Apa yang kita pilih??
Kita memilih untuk bersama
keimanan.
Kita memilih untuk berhimpun dalam ketaatan.
Kita memilih
untuk bergerak dalam satu aturan.
Kita memilih Islam untuk kehidupan.
Kita memilih:
Allah Ghoyatuna,
Muhammad Qudwatuna,
Alquran Dusturuna, Al
Jihaad Sabiiluna,
Al Mautu Fii Sabiilillah Asma Amaaniina.
Tingginya
antusiasme masyarakat,
dari sekadar simpati, sampai menyatakan
dukungannya terhadap partai dakwah, menandakan partai dakwah saat ini
adalah sebuah kekuatan baru. Bukan (sekadar) kekuatan alternatif. Jika
para pemegang kekuasaan itu tidak kuat-kuat memegang amanah karena
orientasi/niat yang telah berubah, maka mulai saat itu fitnah telah
terjadi pada kekuasaan. Kemenangan maupun kekalahan tidak identik dengan
perencanaan. Terkadang kemenangan itu datangnya lebih cepat dari
skenario yang kita rencanakan, begitu juga sebaliknya. Sehingga para
kader dakwah jangan terlena dengan kondisi yang ada saat ini.
Waspada, dan berhati-hatilah!
Mereka
yang memperturutkan hawa nafsunya telah digambarkan oleh Syaikh Ibnu
Taimiyah, “Ia tertarik kepada kehormatan dan kepemimpinan, lalu ia suka
kepada perkataan yang batil dan benci kepada perkataan yang benar. Ia
diperbudak oleh orang yang memujinya walaupun pujian itu batil,
sedangkan ia memusuhi orang yang mencelanya walaupun celaan itu benar.
Mereka
menjalankan dakwah di atas budaya sloganistik, basa-basi bahasa dan
mengikuti arus belaka. Dalam waktu yang sama pasti akan terjadi
perpecahan internal, persaingan antar aktivis, dan pengkhianatan. Mereka
justru menunggangi ummat walau berteriak, “Semua demi Ummat!”.
Na’udzubillahimindzaalik…
Bukan bendera-bendera kecil berkibar
yang akan memperkenalkan manusia pada dakwah. Bukan pula slogan-slogan
kosong di mimbar-mimbar. Namun, gerak langkah dan setiap desiran jiwa
yang dipenuhi dzikrullah nan bercahaya. Qudwah, Uswah, yang memesonakan
setiap mata dan perlahan akan menarik mereka ke dalam dakwah laksana
laron mengelilingi pelita.
Waspadai virus “narsist” hizb yang menjurus pada riya’ dan sombong.
Apakah tidak cukup Sejarah Perang Uhud menjadi pelajaran bagi kita?
Disorientasi tujuankah?
Sehingga ghanimah lebih menyilaukan mata?
Dengan kekuatan dan jumlah yang lebih besar dibanding Perang Badar?
Ataukah kita adalah salah satu dari pembangkang perintah Qiyadah dan Jama’ah?
Sehingga terkorbankan di medan laga. Mati sia-sia.
Jangan sampai sejarah Perang Uhud terulang kembali.
Kita
berharap, kita adalah salah satu dari mereka yang tidak terlena dengan
kilauan harta, tahta, dan wanita; tetap tho’at kepada Allah dan
Rasulnya; dan senantiasa memegang teguh Asholah Dakwah.
“Allah telah menetapkan, Aku dan Rasul-Ku pasti menang. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Qs. Al Mujadilah: 21)
ISTIQOMAH!
Ini adalah amanah Allah, amanah Ummat, dan Jama’ah.
Ketika ikhwah tidak
istiqomah, walaupun ruhiyahnya tetap terjaga,
cepat atau lambat ia akan
masuk perangkap
yang menjerumuskannya ke dalam jurang kesesatan.
Sebab,
fitnah-fitnah kekuasaan hadir ketika kita tidak lagi konsisten dengan
yang diperjuangkan.
Kembali ke pangkuan tarbiyah…
Lets back to Asholah..!!
Bersiaplah untuk MENANG, dan tetap “WASPADA”!
No comments:
Post a Comment